BANYUWANGI – liputanterkini.co.id | Kehidupan masyarakat di pedesaan selalu mengajarkan tentang arti kekeluargaan dan kebersamaan antar warga, silaturahmi pun masih terjalin dengan baik. Seperti yang terjadi di Dusun Temurejo, Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Kamis (03/06/2024).
Abah Nur Samsi yang merupakan tokoh ulama sepuh yang sedang punya gawe merenovasi rumah untuk anak buntutnya, nampak di bantu para warga desa secara bergotong – royong, guyub dan rukun. Istilah bahasa kampung sering disebut dengan istilah “Sambatan” yang berasal dari kata “sambat” yang berarti meminta bantuan tenaga kepada warga tetangga secara sukarela untuk mengerjakan sesuatu.
Salah satu tokoh masyarakat Mbah Suroto, kepada awak media menceritakan “Kegiatan gotong – royong seperti ini merupakan suatu tradisi yang sudah turun – temurun mulai dari nenek moyang, warga pedesaan selalu kompak ketika ada tetangga sekitar yang membangun atau memperbaiki rumah, ucapnya.
Sudah tradisi, bila ada salah satu warga yang mendirikan atau memperbaiki rumah, biasanya pemilik rumah akan meminta bantuan kepada para tetangga dengan mendatangi langsung dari rumah ke rumah. Hal tersebut sebagai adab atau sopan santun sekaligus sebagai bentuk rasa menghormati tetangga yang dimintai bantuan, ungkap Suroto.
Proses pendirian rumah yang dilakukan secara gotong-royong oleh warga menunjukkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan jika pekerjaan berat sekalipun kalau dilakukan bersama-sama maka akan terasa ringan, tambahnya.
Satu hal yang menjadi ciri khas utama sambatan adalah mereka tidak dibayar sama sekali, yang dilakukan warga hanyalah untuk menjaga kerukunan dan kepedulian sosial kepada tetangganya. Hal ini sudah menjadi tradisi dan warisan secara turun temurun masyarakat Desa Temurejo, terangnya”
Suroto melanjutkan ceritanya, sebelum sambatan membangun rumah dimulai, perihal yang dilakukan lebih dulu yaitu selamatan panggang buceng terlebih dahulu. Selamatan ini bertujuan agar proses pembangunan rumah warga berjalan dengan lancar dan Untuk mempersiapkan makanan yang disajikan untuk selamatan, ibu-ibu sudah mulai membantu memasak sejak pagi, setelah acara selamatan selesai, dilanjut dengan sarapan bersama beginilah jiwa kekeluargaan yang tertanam pada warga Desa memang sangatlah tinggi. Mereka rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu sesama tanpa mengharap upah maupun imbalan.
Tradisi sambatan yang telah turun temurun ini tetap dilestarikan sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap warga sekitar. Karena kita pastinya juga akan membutuhkan bantuan tetangga apabila sedang mempunyai hajatan besar. Tutupnya.**
(Ynt)