BANYUWANGI, liputanterkini.co.id – Memasuki masa pesta demokrasi pemilihan umum tahun 2024 yang terdiri dari Pemilu Legislatif (Pileg) untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Secara bersamaan dilaksanakan pula Pemilu Presiden (Pilpres) dan Wakil Presiden Indonesia 2024 serta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Dalam keseharian, sering muncul bahasa-bahasa lucu dari para netizen. Bahkan ungkapan yang terlontar dari mulut netizen sebagaimana yang kita jumpai di media sosial sesungguhnya punya alasan mendasar.
Namun walaupun demikian, terkesan bahwa ungkapan tersebut agaknya berlebihan, seolah men-justice bahwa Bakal Calon Legislatif, hanya mempunyai niatan tertentu dengan sikapnya yang melekat dengan kebaikan dalam dirinya. Dan itu di anggap sesaat, memanfaatkan orang untuk meraih simpatik.
Kadang ada ungkapan yang lucu, namun tak jarang ungkapan sinis yang mempunyai pesan moral.
Salah satu contoh, ada satu ungkapan Netizen, “Jika orang tiba-tiba baik, berarti dia caleg.” hehe. Sepintas memang ungkapan ini terkesan lucu, namun sebenarnya ada unsur sinisme di dalamnya. Akan tetapi bisa juga ada pesan yang tulus terlontar dari mulut netizen.
Mengingat pemilu 2024 sudah dekat.
Celoteh Netizen itupun di tanggapi oleh salah satu pegiat sosial, Bagus AB, Ketua Dewan Pengawas Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA). “Menurutnya itu menandakan bahwa sebagian masyarakat sebenarnya memang sudah muak dengan gaya – gaya calon legislatif (Caleg) yang dengan ambisinya ‘Obral Janji Manis’ bak penjual Kecap, ingin meraih targetnya duduk di kursi goyang, empuk dengan di dukung ruang kerja ber-AC”, ucapnya. Selasa (25/4/2023).
Sementara ketika target itu dapat di raih, seketika janji – janji manis itu pun sirna. Bahkan ia pun tak lagi mengenal kita.
Tanpa mereka sadari, hal itu DILEMA bagi masyarakat. Sementara KPU mengeluarkan iklan menghimbau masyarakat agar tidak apatis atau golput.
Dan hal seperti inilah yang kemudian melahirkan sikap – sikap pesimis ketika masyarakat menghadapi sosok caleg, meski sebenarnya ia tak seperti anggapan masyarakat yang merasa hanya di manfaatkan.
Namun tak dapat di pungkiri, realitanya banyak Dia yang dulunya Caleg, setelah duduk di kursi empuk dan ruangan ber AC dan di duga hanya menunggu surat cinta yang isinya warna merah setiap akhir bulan. Bahkan banyak yang suka pencitraan di sosial media, tambah Bagus.
Saya pribadi sepakat, jika kebaikan setiap orang dapat diukur dengan kaca mata yang berbeda. Namun semua itu nampak sekali, seseorang yang selama berinteraksi sosial di tengah masyarakat terkesan dingin, tak ramah, suka dendam, lalu tiba-tiba DIA baik, ramah dan terkesan dermawan, patut dicurigai bahwa ia Caleg.
Walau saya pun setuju bahwa tidak semua Caleg demikian, seperti anggapan sebagian masyarakat yang memang sudah muak. Banyak juga yang baik dan tulus ingin mengabdi kepada negara dengan menjadi wakil rakyat, pungkas Bagus.***