Jakarta – liputanterkini.co.id | Ramai di beritakan di berbagai media online nasional atas ulah memalukan oknum salah satu Kapolres di jajaran Polda Nusantara Tenggara Timur. Ia adalah Kapolres Ngada, yang belakangan telah terseret kasus asusila dengan korbannya anak di bawah umur.
Tak pelak, kasus memalukan itu pun menuai kecaman banyak pihak, salah satunya dari aktivis perempuan yang selama ini inten memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak, Jenny Claudya Lumowa, Kornas Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA).
Melalui liputanterkini.co.id, Jenny Claudya Lumowa yang akrab disapa Bunda Naumi, mengungkapkan kemarahannya setelah melihat pemberitaan yang beredar terkait kasus yang menjerat Kapolres Ngada, menurutnya hal itu sangat memalukan dan mencoreng institusi Polri. Rabu (12/03/2025).
Dalam pernyataannya, Bunda Naumi menegaskan bahwa tidak perlu lagi bertele-tele dalam menangani kasus tersebut, hukuman seberat-beratnya harus diberikan kepada oknum polisi pelaku asusila tersebut agar menjadikan efek jera.
” Kami berharap hukuman yang seberat-beratnya bagi pelaku. Perbuatannya tidak hanya merusak citra Polri, tetapi juga menghancurkan masa depan anak bangsa. Hukuman seumur hidup atau bahkan hukuman mati layak buat dia,” ujarnya dengan tegas.
Sebagai mitra Polri di lapangan, TRC PPA telah banyak menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Namun, melihat kejadian ini, Ketua TRC PPA mengaku merasa sangat kecewa dan lemas. Ia menilai bahwa kasus seperti ini justru akan menurunkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat.
” Kami di lapangan bekerja keras untuk membantu korban dan menegakkan keadilan. Namun, jika ada oknum yang justru melakukan tindakan tercela, bagaimana kami bisa menjelaskan kepada masyarakat bahwa hukum masih berpihak kepada kebenaran?” lanjutnya.
TRC PPA menegaskan bahwa mereka akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas. TRC PPA juga mendesak aparat penegak hukum untuk tidak ragu memberikan hukuman yang setimpal sesuai dengan peraturan yang berlaku. Baginya, kasus ini adalah ujian bagi integritas sistem hukum di Indonesia.
Lebih lanjut, sosok perempuan tomboy yang berperan mengungkap siapa dalang kematian Angeline, tragedi bocah di bunuh ibu angkatnya WNA Australia di Kuta, Bali tahun 2015 silam, berharap agar Polri segera mengambil langkah tegas dalam membersihkan institusinya dari oknum-oknum yang mencederai kepercayaan publik. Menurutnya, reformasi dalam tubuh kepolisian harus terus dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
” Kami lelah di lapangan, tetapi semangat juang kami dalam kemitraan dengan Polri tetap tinggi. Kami akan terus berjuang demi keadilan bagi korban dan memastikan bahwa hukum ditegakkan tanpa pandang bulu,” pungkasnya.*
(Red)