BANYUWANGI, Liputan Terkini – Kemeriahan suasana Senin pagi di sekitar Dam Karangdoro tak seperti biasanya. Ratusan petani berkumpul dengan mengenakan baju adat Banyuwangi dan sebagian lagi berkemeja seragam perkumpulan. Senin (31/10/2022).
Para petani yang datang, mereka yang tergabung dalam kelompok HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) dan GHIPPA (Gabungan HIPPA) se Daerah Irigasi Baru. Dan kehadiran mereka dalam rangka ikut serta memeriahkan Festival Bubak Bumi 2022.
Festival Bubak Bumi, bagi sebagian petani disebut Sedekah Bubak Bumi yang merupakan tradisi warga dalam rangka mensyukuri hasil panen tahun ini dan memohon doa kepada Yang Maha Kuasa, sehingga untuk musim tanam tahun depan, diberikan kecukupan air dan hasil pertanian yang lebih baik.
Festival ini di fasilitasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas PU Pengairan atas tradisi masyarakat dan petani ketika memulai musim tanam. Sebagaimana tradisi yang ada di Dam Karangdoro, Sedekah Bubak Bumi dilaksanakan pada awal musim tanam pada hari Senin Kliwon.
“Disebut Sedekah Bubak Bumi, karena masing-masing HIPPA membawa simbul hasil panen, nasi tumpeng dan atau nasi ambeng yang biasanya dilengkapi dengan ingkung atau olahan satu ayam utuh yang nantinya akan dimakan bersama – sama setelah ritual do’a”.
Acara ini dihadiri Wakil Bupati Banyuwangi, H. Sugirah., Kepala Dinas PU Pengairan, DR. Ir. H. Guntur Priambodo, MM beserta jajarannya, beberapa Kepala SKPD, Camat dan Forkopimka Tegalsari.

Dalam sambutannya, DR. Ir. H. Guntur menceritakan sedikit sejarah Dam Karangdoro, begitu vitalnya peran Dam Karangdoro dan festival ini dalam bentuk merajut harmoni dengan para anggota HIPPA.
“Dam Karangdoro merupakan Dam suplai bagi irigasi seluas 16.165 Ha lahan pertanian di 8 Kecamatan di antaranya Tegalsari, Bangorejo, Purwoharjo, Cluring dan Pesanggaran, kita berharap dapat terus dapat mencukupi untuk irigasinya”.
Diungkapkan juga keberhasilan pertanian selain ditunjang irigasi yang cukup juga perlu dukungan petani dalam mematuhi pola tanam dalam Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang sudah disusun untuk masa tanam 2022-2023.
Wakil Bupati Banyuwangi, H. Sugirah, menambahkan, festival ini menarik karena nguri-uri tradisi lokal yang agung. Tradisi yang mengedepankan kearifan lokal, berdo’a sebelum memulai tanam. Wabup juga mengatakan pentingnya menjaga fungsi Dam Karangdoro dan menekankan untuk memberikan pelayanan irigasi yang baik bagi semua petani, ungkap H. Sugirah.
Ritual Bubak Bumi juga merupakan ritual sarat do’a.
Diawali do’a dari KH. Maskur, Pengasuh Ponpes Mabadiul Ihsan dan ditutup do’a awal tanam oleh Bapak Imam selaku perwakilan HIPPA. Sebelum memulai do’a, diawali dengan mengujubkan ambeng atau meniatkan sedekah ambeng sebagai sedekah perantara memanjatkan do’a kepada Yang Maha Kuasa dilanjutkan tabur bunga dan larung dawet pada intake saluran primer karangdoro.
Sebagai akhir acara, para petani menikmati ambeng/ tumpeng yang telah ada dengan makan bersama – sama yang penuh dengan nuansa kebersamaan.**
(Ira)