BANYUWANGI – liputanterkini.co.id |
Ritual Tiban atau tari Tiban berasal dari kata dasar “tiba” bahasa Jawa yang berarti “jatuh”. Tiban mengandung arti timbulnya sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Seperti yang di adakan warga desa Tamanagung, Kec. Cluring, Kab. Banyuwangi, menggelar ritual Tiban sebagai pagelaran budaya yang dimulai tanggal 29 September sampai tanggal 13 Oktober 2023.
Pagelaran tari tiban dihadiri para jawara jawara dari kota Banyuwangi dan peserta dari kota Blitar Jawa Timur ikut memeriahkan seni budaya tersebut. Minggu (01/10/2023).
Kepala desa Tamanagung, Drs. Suharto saat ditemui awak media di lokasi mengatakan “Kegiatan tari tiban ini merupakan pertunjukan kesenian budaya yang perlu dilestarikan biar tidak hilang dari peradaban. tradisi ini merupakan salah satunya peninggalan nenek moyang. Pagelaran Budaya yang diadakan pada saat musim kemarau panjang ini bukan semata mata minta hujan tapi seandainya diberikan hujan tiban ya puji syukur Alhamdulillah”, ucapnya. Minggu (01/10/2023).
Karena semua itu sudah kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteksnya dengan pagelaran tersebut, maka tiban di sini menunjuk kepada hujan yang jatuh dengan mendadak terjatuh dari langit. dalam percakapan sehari-hari disebut udan tiban atau hujan tiban. Cuman tari tiban ini dengan tujuan utamanya nguri-nguri budaya peninggalan leluhur sehingga perlu kita lestarikan bersama biar anak cucu tahu kalau ini juga perlu dijaga dan dilestarikan, tambah Kades.
Antusias warga masyarakat sangat luar biasa ternyata masih banyak peminat yang datang dari luar desa maupun luar kota untuk menyaksikan pagelaran budaya tari tiban yang diselenggarakan di lapangan desa Tamanagung, kecamatan Cluring, kab. Banyuwangi ini.
Harapan kedepannya khususnya warga desa Tamanagung setelah ada kegiatan seperti ini mudah mudahan semakin guyub rukun bisa menjalin rasa persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan agar warga desa tamanagung tetap kondusif, aman, tentram dan kompak, pungkasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dusun Sumberwaru, Budi Harjo menyampaikan pagelaran ini merupakan Salah satu gambaran ritual Tiban atau tari ritual rakyat yang sudah turun temurun menjadi bagian kebudayaan masyarakat Jawa Timur.
Tari Tiban selalu dipertunjukkan saat musim kemarau panjang yang tidak ada hujan, jadi Tari tiban sebuah ritual permohonan kepada yang maha kuasa berharap untuk diturunkan hujan tapi disini intinya dibalik ritual tarian tiban ini adalah sebuah pesan yang luhur demi melestarikan budaya Jawa. Tradisi ini bukanlah kekerasan yang ditonjolkan karena saling cambuk sampai tiga kali antar peserta tari tiban yang diiringi dengan gamelan gamelan jawa Yaang ada nilai nilai seni dari leluhur untuk menjaga keseimbangan alam dan melestarikan kesenian Jawa yang merupakan peninggalan nenek moyang, Pungkas Budi.**
(Ynt)