BANYUWANGI – liputanterkini.co.id | Banyak berbagai tradisi yang dilakukan untuk menyambut kelahiran bayi, salah satunya selapanan sekaligus Aqiqoh bagi orang Jawa, selapanan ritual yang di lakukan untuk bayi yang sudah berusia 35/36 hari paska di lahirkan.
Selapanan berasal dari bahasa Jawa yang berarti 35/36 hari, seperti yang dilakukan Haji Suparman, salaku BATI WANWIL Ramil 0825/ 21 Kalipuro, bertempat di kediamannya Asrama Kodim Sranit Jl. Karimun Jawa Rt 05 Rw 04 kelurahan Lateng kabupaten Banyuwangi, Selasa (16-7-2024) 10 Muharram yang melaksanakan tasyakuran selapanan dan Aqiqoh anaknya yang bernama “Siena Queenara Almahila”, tradisi ini dilakukan sebagai pengingat bahwa sang anak sudah bertambah umurnya.
Haji Suparman mengatakan, ananda “Siena Queenara Almahila” sudah mengalami beberapa perubahan, mulai dari fisik, batin, hingga mental.
Acara yang dilakukan ketika bayi berusia 35-36 hari atau selapanan ini di hitung sesuai dengan kalender Jawa atau umum. Haji Suparman bersyukur karena acara selapanan ananda Siena Queenara Almahila usianya genap 36 hari dan bertepatan dengan (10 Muharram).
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa,ada beberapa hal yang dipatuhi dalam pelaksanaan selapanan, yaitu baca berjanji atau Yaumil Qiyam, salah satunya adalah rambut dan kuku bayi yang telah dipotong dan ditaruh di air yang penuh dengan bunga, pelaksanaan tradisi selapanan orang tua wajib menggendong bayinya keluar dan di ajak berputar mengelilingi para jamaah disaat pembacaan berjanji (asroqol)atau Yaumil Qiyam.
Saat itu pula para jamaah memegang kepala bayi dan mendo’akan nya agar di beri keselamatan di dunia dan akhirat dan kelak menjadi anak Sholeh dan sholeha, tradisi selapanan juga menggambarkan bahwa manusia hendaknya memiliki hubungan erat yang harmonis dengan lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya, orang tua juga bisa memperkenalkan bayinya kepada tetangga dan para tetangga menerima bayi tersebut sebagai bagian dari mereka, pungkas Haji Suparman.**
(Hadi)