BANYUWANGI – liputanterkini.co.id | Barikan adalah sebuah tradisi selamatan atau implementasi rasa syukur yang dilakukan masyarakat, khususnya di Jawa, dengan cara makan bersama di tempat terbuka atau di jalan-jalan desa. Tradisi ini biasanya menggelar do’a bersama untuk keselamatan dan keberkahan serta mempererat tali silaturahmi antar warga.
Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah, masyarakat Kp. Tamansari, Dusun Krajan, Desa Kebaman, Kecamatan Srono, Kab. Banyuwangi, menggelar tradisi tahunan Barikan. Bertempat di jalan Kp. Tamansari, pada Jum’at (27/6/2025) sore. Hal itu di lakukan kata Hariyono (50) warga setempat, sebagai ungkapan syukur dan ikhtiar batiniah untuk memohon keberkahan dan keselamatan selama setahun ke depan.
Tradisi ini diawali sejak ba’da Ashar dengan pembacaan sholawat yang dipimpin oleh ketua RT 05, Rw. 03, bapak Misaji, tegasnya.
Sementara Rohman (35) salah satu pemuda Tamansari menambahkan, “Selametan Barikan bukan sekadar ritual seremonial, namun merupakan warisan budaya Islam-Jawa yang menyatu dalam kesadaran kolektif masyarakat untuk mensucikan desa dari berbagai marabahaya, sekaligus sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT. Dalam suasana penuh khidmat, warga bermunajat memohon ridha Ilahi, keselamatan, kesehatan, serta limpahan rahmat dalam menyambut 1 Muharram 1447 H”, terang Rohman.
Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antar warga masyarakat berkumpul bersama di persimpangan jalan maupun di depan rumah masing-masing beralaskan tikar sederhana, menyajikan aneka hidangan rumahan. Dalam suasana penuh keakraban, mereka saling bertukar makanan, menciptakan harmoni sosial dan semangat berbagi yang selaras dengan ajaran Islam, tegasnya.
“ Kegiatan semacam ini merupakan warisan para leluhur kita yang selaras dengan nilai-nilai Islam, yakni dzikir, do’a bersama, berbagi, silaturahmi, dan semangat gotong royong. Sudah sepatutnya generasi penerus seperti kita semua ini terus melestarikannya,” tambahnya.
Selametan Barikan di Kampung Tamansari menjadi potret bagaimana kearifan lokal dan nilai-nilai Islam dapat berjalan seiring, membentuk masyarakat yang religius, bersatu, dan penuh syukur dalam menyambut datangnya tahun baru Hijriah, pungkas Rohman.*
(Joko)