DENPASAR, Liputan Terkini – Tahapan Pemilu 2024 mulai memanaskan situasi politik nasional hingga daerah. Berbagai komunikasi politik terus dibangun elite parpol untuk menuntaskan visi menang pada Pemilu 2024. Seperti apapun komunikasi politik itu dibangun, tentu harus memiliki tujuan yang baik.
Khususnya dalam ranah proses komunikasi, tentu tokoh-tokoh politik harus mampu melakukannya untuk tujuan-tujuan yang tidak mengorbankan kepentingan dan keutuhan negara, dengan bersama-sama mewujudkan proses pemilu yang santun. Sehingga Pemilu 2024 nanti melahirkan pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.
Situasi politik terkini dan bagaimana membangun komunikasi politik itu, menjadi pembahasan menarik dalam Talk Show yang digelar Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Hindu UHN IGB Sugriwa Denpasar Angkatan 2021 di Gedung Lantai II Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Bali, Rabu (28/12). Talk Show edisi pertama ini, mengambil tema “Komunikasi Politik Menjelang Pemilu 2024, Pemilu Santun Lahirkan Pemimpin Berkualitas dan Berintegritas”.
Tema ini dianggap relevan, ditengah situasi politik saat ini yang cenderung dominan memainkan propaganda negatif atau black campaign terhadap lawan politiknya.
Menariknya, Talk Show yang dipandu salah satu mahasiswa Nyoman Gauraviana Dewi, S.E., menghadirkan tiga narasumber berbeda latar belakang. Antara lain, Ketua KPID Bali I Gede Agus Astapa, S.Sos, S.I.Kom., M.M, A.A Gede Raka Nakula, S.H.,M.H., dari Anggota KPU Provinsi Bali (Divisi Hukum dan Pengawasan) dan AKBP I Wayan Sumara, S.Sos., M.Si., Kasubdit I Ditintelkam Polda Bali. Ketiga dimohon sebagai narasumber agar tema ini, mampu dibedah dari tiga sudut pandang berbeda, baik dari kepentingan penyelenggara seperti KPUD Bali, dari sisi pengawasan kampanye di media massa oleh KPID Bali dan dari sisi potensi konflik dan antisipasinya dari Ditintelkam Polda Bali.
Raka Nakula dari paparannya, banyak mengungkap kesiapan KPUD Bali dalam mengikuti setiap tahapan Pemilu 2024. Dimana saat ini, KPU Bali sudah mulai disibukkan dengan proses pendaftaran yang dilakukan para calon Anggota DPD RI dapil Bali. Selain itu, dalam mendukung persiapan pelaksanaan pemilu, KPU Bali juga sedang melakukan perekrutan PPK dan PPS di seluruh Bali. Maka, dia pun mengaku antusias dengan pelaksanaan talk show ini, karena sejalan dengan tugas-tugas penyelenggara pemilu, tidak hanya komisioner tetapi juga para PPK dan PPS ini.
“Dulu kita sebagai penyelenggara harus menjauh dari elite parpol agar terkesan tetap netral, tetapi sekarang itu justru situasinya terbalik. Kita harus membangun komunikasi yang harmonis, perlakuan antara yang tokoh satu dengan tokoh yang lainnya harus sama dalam berkomunikasi. Disini tantangannya sekarang,” terang mantan Ketua KPU Badung ini.
Disisi lain, Ketua KPID Bali Agus Astapa, juga banyak berbagi pengalamannya dalam komunikasi politik. Dari sudut pandang penyiaran, dia menegaskan sudah melakukan langkah-langkah antisipasi. Termasuk menjalin kerjasama dengan KPU Bali, untuk mempermudah pemantauan iklan-iklan politik yang berbau kampanye. Termasuk, bagaimana sebaiknya iklan kampanye dan proses sosialisasi penyelenggaraan pemilu 2024 di media TV dan Radio itu tayang, agar efektif menggugah para pemilih pemula untuk ikut serta dalam pemilu nanti. Sebab, meningkatkan partisipasi pemilih menjadi PR besar KPU dalam pemilu.
“Saya pastikan kalau di televisi dan radio itu pengawasannya sangat ketat, karena aturan yang terkait juga sudah sangat jelas. Justru nanti yang sulit dikendalikan itu, adalah pengawasan di media sosial, karena itu sudah bukan ranah penyiaran, yang menjadi domain kami,” tegas mantan jurnalis ini.
Sementara AKBP I Wayan Sumara, lebih banyak membedah persoalan ini dari langkah-langkah deteksi dini, potensi konflik yang terjadi akibat komunikasi politik yang berniat negatif. Akan seperti apa pelaksanaan Pemilu 2024, sudah dipetakan dari awal, untuk mencegah letupan potensi konflik yang terjadi di setiap wilayah. Dia juga berkaca dari pelaksanaan Pemilu 2019 dan diperkirakan potensi konflik, dalam Pemilu 2024 dikhawatirkan lebih buruk dari pemilu sebelumnya. Dia sependapat, komunikasi politik harus dibangun berdasarkan tujuan bersama untuk mewujudkan politik yang santun, guna melahirkan pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Namun, seperti apa pemimpin yang berkualitas dan berintegritas itu harus dijabarkan lebih lanjut dan diuji kepada para tokoh yang berpotensi memimpin setelah Pemilu 2024.
“Kalau saya merumuskan pemimpin yang ideal itu dalam 4 O. Satu, Otak (kemampuannya jelas), Otot (sehat jasmani rohani), Orang (punya massa yang jelas) dan Ongkos (punya modal politik). Jangan jadi pemimpin buat cari kekayaan, salah itu. Pemimpin itu harus selesai dengan segala urusan personalnya. Kalau tidak memenuhi ke empatnya, ada O yang terakhir oyongang ragane (lebih baik diam),” tutup AKBP Sumara.**
(Echa/Hms)