Oleh : Budi Kastowo,SE
Tulisan ini merupakan poin poin pidato Presiden RI Ir. Sukarno tanggal 18 Maret 1961, di Lapangan Istana Negara Jakarta memperingati Hari Raya Idul Fitri 1380 Hiriyah.
Ir Sukarno menyampaikan sedikit tentang rencana pembangunan masjid Istiqlal dengan daya tampung 25.000 orang didalam ruang dan 70.000 orang dihalaman luar. Tujuan utama untuk ibadah, terlebih dari itu menjadi alat syiar kemegahan Islam di seluruh Indonesia bahkan diseluruh dunia.
Hari Raya Idul Fitri adalah momentum permintaan maaf atas segala kesalahan, baik sengaja atau tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Idul Fitri dapat dimaknai sebagai hidup baru yang diawali dengan kesucian tanpa kesalahan dan dosa. Manusia memiliki kesalahan terhadap 3 hal antara lain: kepada Tuhan, kepada Negara, kepada segala kehidupan lainnya. Negara punya salah kepada warganya, dan warganya banyak pula salah kepada negaranya.
Islam mengajarkan hubungan antar masyarakat dan Tuhan secara seimbang. Islam tidak hanya mengajarkan kholwat di gunung gunung atau di gua gua. Islam mengajarkan persatuan antar manusia. Misalnya, wukuf dipadang Arofah. Umat Islam diwajibkan Sholat 5 kali sehari menghadap kiblat ka’bah dapat melatih untuk suatu kekompakan manusia dengan Tuhan dan antar manusia.
Islam juga mengajarkan kolektifitas atau kebersamaan, gerak seragam dalam perbedaan. Perbedaan suku, ras, bahasa, bangsa, politik, kebudayaan, hoby, kedudukan social, kekayaan dan lain lain.
Maka tegaklah batin dan jiwa bangsa Indonesia!. Batin tegak kepada Allah dan jiwa tegak kepada pembangunan karakter kebangsaan. Tegak dalam mewujudkan tujuan kebangsaan Indonesia, menjadi masyarakat adil makmur, didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia ditengah tengahnya pergaulan dunia tanpa Exploitation de I’lhomme par L’homme. Penindasan manusia terhadap manusia.
(Hen)